Ki Hajar
Dewantara merupakan tokoh nasional dalam masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ia dikenal sebagai seorang penulis, jurnalis, tokoh politik dan pelopor
pendidikan bagi bangsa Indonesia saat zaman penjajahan Belanda.
Ia
menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda). Setelah itu, sempat
melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), namun tidak sampai tamat
dikarenakan sakit, kemudian Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai wartawan di
beberapa surat kabar, diantaranya De Express, Midden Java, Oetoesan Hindia,
Kaoem Moeda, Poesara, Tjahaja Timoer dan Sedyotomo. Ia juga aktif di
seksi propaganda organisasi Boedi Oetomo.
Ki Hajar
menempuh pendidikan tinggi hingga memperoleh Europeesche Akta, ijazah
pendidikan bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga
pendidikan yang didirikannya. Ki Hajar juga mempelajari berbagai ide dari tokoh
pendidikan dari barat dan India yang menjadi landasan dalam mengembangkan
sistem pendidikan Indonesia.
Tahun 1919, Ki Hajar kembali ke Indonesia dan bergabung dalam
sekolah binaan saudaranya. Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara
mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa atau Perguruan Nasional
Taman Siswa untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia. Perguruan ini
sangat menekankan pendidikan mengenai pentingnya rasa kebangsaan kepada peserta
didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk mendapatkan
kemerdekaan.
Pemikirannya tentang tujuan pendidikan, yaitu memajukan
bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, adat, budaya, etnis,
suku, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan lain sebagainya, serta
harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang berasas Pancasila.
Menurutnya, pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka
dan independent secara fisik, mental dan spiritual, pendidikan hendaknya tidak
hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang banyak,
pendidikan hendaknya memeperkaya setiap individu, tetapi perbedaan dari tiap
individu harus tetap dipertimbangkan dan pendidikan hendaknya memperkuat rasa
percaya diri serta mengembangkan harga diri. Pemikirannya tersebut tentang
pendidikan sudah tercantum dalam kurikulum di Indonesia pada saat ini yang menitik beratkan
kepada tiga ranah pendidikan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor tidak
hanya kepada intelektual siswa.
Setelah Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara menjabat
sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama dan pada tahun
1957, ia mendapat gelar doktor kehormatan Doctor Honoris Causa ( Dr.H.C.) dari
universitas tertua di Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya
dalam merintis pendidikan umum, Ki Hajar Dewantara dianugerahi gelar Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia.
Hari kelahiran Ki Hajar Dewantara pada tanggal 2 Mei
dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden
RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Ki Hajar kemudian
meninggal dunia di kota Yogyakarta pada tanggal 26 April 1959. Ia dimakamkan di
Taman Wijaya Brata.
Kuatnya pengaruh Ki Hajar Dewantara di dunia pendidikan
Indonesia membuat semboyan hidupnya diabadikan dalam logo pendidikan bangsa
Indonesia. Semboyannya tersebut berbunyi :
- Ing ngarsa sung tuladha (di
depan memberi contoh)
- Ing madya mangun karsa (di
tengah memberi semangat)
- Tut wuri handayani (di
belakang memberi dorongan)
Sumber:
https://www.infoakurat.com/2018/04/biografi-ki-hajar-dewantara.html
https://notepam.com/ki-hajar-dewantara/
https://www.biografiku.com/biografi-ki-hajar-dewantara/
https://www.biografiku.com/biografi-ki-hajar-dewantara/